Pemkab Bogor Butuh Banyak GPS untuk Atasi Persoalan Sampah

Bogor – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mengapresiasi komunitas Gerakan Pungut Sampah (GPS) Desa Cicadas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor yang sudah menginjak usia lima tahun.  Gerakan peduli lingkungan semacam ini sangat penting ditularkan di daerah-daerah lain agar persoalan sampah bisa teratasi.

Apresiasi tersebut disampaikan Anggota Tim Percepatan Pembangunan Strategis Kabupaten Bogor, Saepudin Muhtar, saat menghadiri perayaan hari jadi ke-5 GPS Desa Cicadas, Sabtu (12/2).

“Hari ini saya hadir sebagai perwakilan pemerintah daerah memberikan apresiasi kepada teman-teman GPS. Teman-teman GPS ini pahlawan lingkungan, tanpa disuruh, tanpa digaji tetap jalan ikut mengatasi persoalan sampah,” ujar pria yang karib disapa Gus Udin mewakili Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.

Gus Udin menjelaskan, dengan luas wilayah mencapai 2.986 KM2 yang mencakup 40 kecamatan, 416 desa dan 19 kelurahan dengan penduduk lebih dari 5,2 juta jiwa, ada 2.800 ton sampah yang dihasilkan tiap hari.

Dari jumlah tersebut, hanya 800 ton yang bisa diangkut setiap harinya

“Karena kita cuma baru ada satu tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) yang ada di Galuga. Ada TPST nambo, tapi belum selesai. Dan Pemkab bogor hanya memiliki 255 truk sampah. Makanya jangan heran kalau dari Tanjungsari, Jonggol, Cileungsi dan lainnya sehari cuma keangkut satu rit,” ungkapnga.

Untuk itu, peran relawan dan kelompok-kelompok peduli lingkungan seperti GPS ini sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan sampah. Sebab jika tidak, sisa sampah yang tak terangkut bisa ditemukan di sungai, di pinggir jalan atau dibakar

“Di Korea Selatan, Jepang, Swedia, pengolahan sampahnya sudah modern. Mudah-mudahan Kabupaten bogor bisa zero waste dua tahun ke depan. Tapi di luar negeri juga ternyata kesadarannya muncul dari komunitas, dari masyarakat, seperti GPS ini. Ini langkah paling konkret untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat soal sampah,” kata Gus Udin.

Ia juga mengakui dengan wilayah yang begitu luas dan penduduk yang super banyak pemerintah sulit mengawasi dan mengedukasi soal sampah secara keseluruhan.

Perlu kerelaaan hati dari kelompok-kelompok masyarakat untuk sama-sama mengatasi persoalan sampah. Gus Udin berharap kelompok seperti GPS juga menular ke wilayah-wilayah lainnya di Kabupaten Bogor.

“Penangan sampah tidak bisa dilakukan pemda sendiri. Harus ada GPS-GPS lain di seluruh wilayah agar 2.800 ton sampah bisa direduksi dan dimanfaatkan. Selamat hari jadi yg kelima untuk GPS, saya pikir spiritnya sama dengan Pancakarsa. Teman-teman sudah menjalankan dua Karsa, Karsa Sehat dan Karsa Berkeadaban,” tandasnya.

GPS Desa Cicadas ini diinisiasi oleh Aditya Putra yang merasa prihatin atas kondisi lingkungan di Desa Cicadas kala itu.

Berangkat dari kegelisahan, ia pun berkeinginan membuat satu komunitas untuk ikut serta mengatasai persoalan sampah hingga akhirnya terbentuklah GPS.

“Jadi lahir atas kegelisahan saya sebagai putra daerah, bahwa masalah sampah ini bukan masalah yang bisa dianggap sepele,” ujar Aditya.

Terlebih, dalam Islam juga disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian daripada iman. Bahkan, Pemkab Bogor sendiri mengusung semboyan Tegar Beriman yang merupakan akronim dari Tertib, Segar, Bersih, Indah, Mandiri, Aman, Nyaman. Atas dasar itu, ia memantapkan membentuk komunitas yang fokus pada isu lingkungan, khususnya soal sampah.

“Sampai akhirnya terbentuk satu komunitas yang ternyata saya tidak sendirian. Ternyata banyak pemuda, orang tua, hingga anak kecil yang akhirnya bergabung. Tugas kami adalah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan,” terangnya.

Masalah sampah memang menjadi masalah serius di berbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Bogor. Banyak orang yang bingung kemana membuang sampah hingga akhirnya banyak ditemukan berserakan di tempat-tempat yang bukan semestinya, seperti di sisi jalan dan sungai.

“Makanya saya tergerak dengan komunitas, tanpa disusruh, tanpa digaji, kita peduli. Supaya Desa Cicadas bersih, indah, dan nyaman. Dan visi misi kami adalah membantu pemerintah dalam mengurai sampah. Sampah ini bukan hanya dipindahkan lalu selesai masalahnya. Kami juga mengedukasi tentang tiga R (reuse, reduce, recycle. Kita juga bercita-cita Kabupaten Bogor bisa zero waste dan berharap ke depan bisa bersinergi dengan Pemkab bogor, kecamatan hingga desa. Karena ini harus melibatkan banyak pihak agar tugasnya lebih ringan. Supaya juga kita bisa mencontoh negara-negara lain yang sudah bisa mengelola sampah secara bijak,” pungkas Aditya. (fin)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *