Kota Bogor – Rencana pengembangan transportasi trem di Kota Bogor memasuki tahap baru. Pemerintah Kota Bogor bersama PT Industri Kereta Api (INKA) resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada Kamis (11/12) lalu, sebagai langkah awal merealisasikan program Bogor Lancar.
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menyampaikan apresiasinya atas dukungan yang diberikan PT INKA. Menurutnya, trem berpotensi menjadi moda transportasi perkotaan masa depan yang ramah lingkungan dan efisien. Ia menambahkan, produk trem buatan PT INKA telah memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 50 persen, serta didukung teknologi baterai yang semakin canggih.
Dalam pengoperasiannya, trem tidak lagi menggunakan kabel atas. Charging energy-nya sudah lebih modern. Dengan demikian, pembiayaannya bisa jauh lebih irit.
“Jadi kita tidak perlu meragukan bahwa industri perkeretaapian dalam negeri ini menjadi harapan masa depan untuk perkotaan di seluruh indonesia,” kata Dedie usai pertemuan di Balai Kota.
Dedie menyebut, trem akan segera diuji coba dalam waktu dekat. Titik pengoperasiannya berada di sekitar Stasiun Bogor atau Alun-alun Kota Bogor. Namun, semuanya masih dalam tahap persiapan, termasuk penyediaan lintasannya. Pada tahap uji coba, trem akan melintas sejauh 450 meter.
“Di uji coba ini, harapannya nanti PT INKA dapat melihat apa saja hal-hal yang masih harus dikembangkan secara teknologi,” kata Dedie.
Jika sudah resmi beroperasi, area lintasan trem akan dikembangkan. Moda transportasi umum ini nantinya akan melintasi area Sistem Satu Arah (SSA) atau Kebun Raya Bogor. Panjang lintasan yang diperlukan mencapai 7 hingga 9 kilometer.
Dedie memastikan bahwa pada tahapan ini pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
“Kita ingin mengedukasi masyarakat agar terbiasa bahwa trem perkotaan ini menjadi solusi transportasi publik masa depan yang hijau dan ramah lingkungan,” paparnya.
Bobot trem sendiri tidak jauh berbeda dengan truk ataupun bus. Oleh karena itu, di garansi bahwa moda transportasi umum ini dinilai aman saat melintasi area jembatan seperti Otista.
“Alhamdulillah pada hari ini kita sudah sampai pada momentum yang sangat penting di mana trem itu bisa segera dimulai di Kota Bogor,” tegas Dedie.
Sementara itu, Direktur Utama PT INKA, Eko Purwanto mengaku bahwa pihaknya merasa terhormat karena telah didukung oleh Pemkot Bogor dalam pengembangan industri transportasi dalam negeri.
Eko memberikan garansi bahwa trem buatannya tidak kalah dengan produk-produk luar negeri. Dia menambahkan, pihaknya akan menanggung seluruh sarana uji coba.
“Ini sudah sejak 2018 dan sudah kami lakukan uji coba di beberapa lintasan, seperti di Solo dan saat ini juga disambut baik oleh Pemkot Bogor. Untuk uji coba kami akan siapkan sarananya,” terang Eko.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, uji coba trem di Kota Bogor akan dilakukan pada tahun 2026 mendatang. Jika sudah resmi beroperasi, transportasi publik ini akan memiliki 17 halte.
Kereta trem ini nantinya berfungsi sebagai feeder dari LRT yang direncanakan tembus hingga ke Terminal Baranangsiang. Dedie berharap, langkah ini dapat mengurai kemacetan di Kota Hujan.
Solusi Wujudkan Bogor Lancar
Rencana pengoperasian trem di Kota Bogor dinilai menjadi langkah yang baik untuk penataan sistem transportasi massal mewujudkan salah satu program Bogor Lancar. Skema ini disebut efektif karena daya tampungnya besar.
Pengamat transportasi, Yayat Supriatna mengatakan moda transportasi umum berbasis rel wajib diterapkan jika Bogor ingin mendorong 60 persen warganya beralih ke angkutan umum.
“Kalau kita ingin mendorong orang Bogor 60 persen menggunakan public transport, jawabannya adalah berbasis rel,” ujarnya.
Jakarta sudah membuktikan efektivitas moda tersebut melalui MRT, LRT, dan KRL yang terus diperluas. Ia menyebut kepastian waktu dan kapasitas yang memadai menjadi alasan Bogor harus mulai bertransformasi.
Ia juga menyoroti teknologi trem modern yang mengandalkan baterai sehingga tidak memerlukan kabel atas. Penggunaan dua gerbong bertenaga baterai setara dengan dua bus tanpa perlu menambah prasarananya.
“Tinggal memperkuat jaringan jalan khususnya jembatan yang mungkin harus diperkuat,” tuturnya.
Konsep trem ini juga dinilai dapat memperkuat citra Bogor sebagai kota dengan transportasi hijau. Yayat menyebut jalur trem yang melingkar ke Kebun Raya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
“Datang ke Bogor orang bisa langsung naik trem, dari LRT nanti bisa sambung trem dan biayanya lebih terjangkau,” tuturnya.
Dengan begitu, trem berpotensi menjadi angkutan utama di Kota Bogor. Namun ini mesti dibarengi kebijakan pengendalian penggunaan kendaraan pribadi. Contohnya, pemerintah mulai berani mengoperasikan kebijakan Ganjil Genap di area Sistem Satu Arah (SSA) Kebun Raya. Atau kalau perlu memberlakukan jalan berbayar dan parkir yang tinggi.
“Jadi orang-orang yang menggunakan kendaraan pribadi bisa dikendalikan dengan kebijakan push fighter. Sementara angkotnya bisa jadi feeder,” katanya.
